Batik kini bukan hanya dipakai untuk kondangan, atau seragam kantor atau sekolah pada hari Jumat saja. Di Jepang, Kimono pun mengalami 'metamorfosis' dengan menggunakan kain batik.
Sebagaimana dilansir oleh Kompas (21-10-2010), kreasi batik sutra dari perajin Daerah Istimewa Yogyakarta diminati warga Jepang untuk digunakan sebagai bahan kimono musim panas. Gusti Kanjeng Ratu Pembayun selaku Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) DIY menuturkan, di kota-kota besar di Jepang saat ini mulai ditemui kimono yang bahannya dibuat oleh para pembatik dari DIY.
"Mereka senang memakai kimono batik. Hal itu bisa dilihat di Kyoto dan Tokyo," katanya dalam peringatan 25 tahun ”Sister Province DIY–Kyoto”, 20 Oktober 2010.
Menurut Pembayun, sejak 25 tahun lalu, DIY dan Kyoto menjalin kerja sama dalam bentuk sister province. Awalnya, kerja sama itu antara pemerintah dan pemerintah. Namun, dalam lima tahun terakhir, kerja sama antarmasyarakat kedua provinsi juga mulai dikembangkan.
Salah satu bentuknya adalah kerja sama di bidang kerajinan batik sutra. Perajin sutra dari Kyoto mengirimkan produk kain sutra mereka ke DIY. Kain itu lantas dibatik oleh para pembatik di DIY di bawah naungan PT Yarsilk. Bahan sutra yang sudah dibatik kemudian dibawa ke Jepang kembali sebagai bahan untuk kimono musim panas (yukata).
Ketua Yayasan Royal Silk R. Fitriyani menuturkan, agar bisa menembus pasar Jepang, pembuatan batik sutra membutuhkan kecermatan. Pembatik harus membatik dengan sangat hati-hati agar malam (lilin batik) tidak menetes di kain.
"Mereka sangat mengagumi batik dari Indonesia. Namun, orang Jepang menuntut kualitas yang tinggi sehingga batiknya harus dibuat dengan sangat hati-hati. Karena itu, sepotong yukata batik sutra dijual hingga lebih dari Rp 10 juta," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar