Gerobak Sampah di Brawijaya, Jakarta Selatan (Foto: Jepret Jakarta) |
Pagi tadi, saat sedang dalam perjalanan menuju tempat kerja, saya terpaksa harus mengurangi kecepatan kendaraan ketika sebuah gerobak usang yang dan penuh sampah melitas di depan mobil yang saya kendarai.
Terlihat seorang pria tua berpakaian lusuh dengan perlahan menarik gerobak kotor berwarna coklat (mungkin bukan warna aslinya, tertapi terlihat coklat karena kotornya). Sampah "overload" yang membumbung sekitar 2 meter mengisi kotak gerobak, siapa pun yang melihatnya percaya bahwa gerobak itu "sangat berat".
Di depan saya, gerobak itu berjalan (mungkin lebih tepatnya ditarik dengan sekuat tanaga) dengan kecepatan lambat yang konstan. Jalan yang dilalui tidak begitu besar, walau kecepatan saya terganggu oleh gerobak kotor tersebut, namun tak tega rasanya untuk memberi "klakson".
Saya pun hanya mengikutinya pelan, sambil menunggu lajur kanan kosong, untuk mendapat ruang melewatinya, (berusaha agar keberadaan kendaraan saya) tidak mengganggu pak tua tersebut.Menyaksikan pak tua tersebut saya jadi teringat sebuah film "The Toughest Place to be a Binman" yang mengisahkan Wilbur Ramirez, seorang tukang sampah asal London, Inggris yang menerima tantangan menjadi seorang tukang sampah di Jakarta selama 10 hari. Ia tinggal bersama Imam Safii, juga seorang tukang sampah di Jakarta yang akan mendampingi, bekerja bersama dengan Wilbur selama di Jakarta.
Tentunya peralatan di London dengan di Jakarta jauh berbeda. Jika Wilbur setiap harinya mengelilingi 3 blok pemukiman warga dengan menggunakan mobil truk ber-AC. Sedangkan bersama Imam, harus mengelilingi 3 RT dengan menggunakan gerobak.
Cerita lengkapnya silahkan dilihat pada video yang diunggah di situ YouTube di bawah ini:
Kita tentu berharap ada perubahan pada layanan kebersihan di Jakarta. Dan video tersebut mengingatkan bahwa perbaikan dan peningkatan dalam permasalahan sampah harus lakukan, tidak hanya pada permasalahan kebutuhan tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga pada tahap awal mulai dari rumah tangga, pengumpulan dan pengangkutannya.
Beberapa kutipan dari komentar pada video tersebut (di YouTube) mudah mudah-mudahan bisa menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait (termasuk masyarakat) yang dapat memperbaiki permasalahan persampahan di Jakarta.
hope mr jokowi watching this video from youtube or bbc knowladge channel (channel 200 on indovision indonesia) (RAKSASAMETAL007 )
dont you compare London with Indonesia =_=' even there are times i have to pocket my own litters before i can find a trash bin. (Andreas Suselo)
I'm an Indonesian but now I live in far east country with a superb waste management system. I still remember the very first word that they said to me regarding my apartment, it was the trash separation. They're very strict about it. They even gave me a full guide of trash separation procedure. And that is not happening anywhere in Indonesia I believe. The people's habits must be changed.. (widorojati)
We need to fix this, even just a little change that we can do, for our beloved Indonesia. (oldya89)
Imam is the guy who picks garbage from my house , my parents or my grandma have give him some clothes or food sometimes.at 14:04 that's my house(the one on the right.) (TheSpectacularstar)
Mulai dari sekarang, jangan buang sampah sembarangan. Miris liatnya, kalo di bandingkan sama london, jauh !!! Bukan berarti pemerintah saja yang salah, semua masyarakat yg suka buang sampah sembarangan yang paling salah. Tp bkn waktunya buat salah salahan, mari kita menuju perubahan. Tamparan realita indonesia (Rizki Ismail)Ya, memang berbeda dengan kondisi di Jakarta dengan London (maupun di Luzern). Namun yakinlah bahwa Jakarta dapat berubah menjadi lebih baik, Pemerintah memang harus melakukan perbaikan pengelolaan sampah, akan tetapi sebagai warga kita juga dapat berperan mewujudkannya. Diantaranya dengan berupaya melakukan 3R (reduce, reuse, and recicle) selama masih memungkinkan dan tentunya jangan lupa membuang sampah pada tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar