Saya sendiri hari itu mendapat 3 buah undangan . . .
Namun yang saya sangat terkesan adalah undangan dari tetangga sebelah rumah. Keluarga yang merupakan suku betawi (eh... ane juga anak betawi loh!...) menggelar adat "Palang Pintu" dalam menyambut penganten mempelai pria sebelum diperkenankan untuk naik ke pelaminan.
Suguhan adat palang pintu itu sepertinya digelar dan dikemas untuk menghibur para tamu dan tentunya para pengiring pengantin pria.
Aksi dari para "aktor" sengaja dibuat dengan skenario komedi, yang tentunya lengkap dengan adegan berbalas pantun ala betawi.
Awal cerita, rombongan pangantin laki-laki hendak ke kampung perempuan yang menjadi besannya untuk naik pelaminan, dikawal oleh jawara dari kampung asalnya.
Begitu tiba di rumah calon besan, bukan sambutan manis yang didapat melainkan jagoan "Palang Pintu" yang menantang adu jotos.
Dua kelompok dengan pakaian silat lengkap dengan golok tersebut awalnya masing-masing saling bertukar salam, dan dialong yang dihiasi dengan berbalas pantun.
Situasi kemudian memanas lantaran pihak pengantin perempuan ingin menguji kesaktian dan juga kepandaian pihak pengantin laki-laki dalam berilmu silat.
Baku hantam pun terjadi, meski demikian kadang dalam perkelahian pun masih disisispi adegan kocak yang membuat penonton tertawa.
Penonton sempat dibuat tegang ketika pemuda berbaju preman dari kumpulan mempelai pria terlihat terbawa emosi, maju dan menantang kelompok dari pihak pengantin perempuan. Namun dengan aksinya yang konyol, akhirnya menyadarkan penonton bahwa ia juga bagian dari cerita yang sengaja disuguhkan.
Akhirnya sudah pasti, kelompok pihak lelaki yang menang. Kalau pihak lelaki tak menang, tentu gak jadi naik pelaminan donk? He... he... he....Walau terlihat penapilan aksi amatir, namun terlihat jelas bahwa semua tamu dan pengiring mempelai laki-laki terhibur oleh suguhan atraksi "Palang Pintu".
Semoga saja budaya ini bisa tetap lestari...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar