NETRAL - Garuda Di Dadaku (OST film Garuda Di Dadaku)
Ayo putra bangsa
Harumkan negeri ini
Jadikan kita bangga
Indonesia
Jayalah negaraku
Tanah air tercinta
Indonesia raya
Jayalah negaraku
Tanah air tercinta
Indonesia raya
Garuda di dadaku
Garuda kebanggaanku
Ku yakin hari ini pasti menang..
Kobarkan semangatmu
Tunjukkan keinginanmu
Ku yakin hari ini pasti menang..
Jumat, Desember 24, 2010
Darah Asing Dalam Tim Nasional Saat ini Ternyata Bukan Program Naturalisasi!
Dua pemain berdarah asing dalam squad Tim Nasional yang saat ini tengah naik daun yaitu Irfan Bachdim dan Cristian Gozales, sering disebut oleh media Nasional sebagai pemain hasil dari program naturalisasi yang dijalankan oleh PSSI.
Akan tetapi demikian menurut goal.com mereka bukanlah produk dari program naturalisasi yang dijalankan oleh PSSI. Sampai saat ini belum ada pemain tim Nasional Indonesia yang merupakan hasil naturalisasi. Berikut kutipan dari goal.com (21-12-2010).
BUKAN pemain aturalisasi karena sudah mengantongi paspor Indonesia sejak awal, memilih untuk menjadi WNI ketimbang Belanda pada usia 18 tahun.
BUKAN pemain naturalisasi, karena sudah menetap di Indonesia lebih dari 5 tahun (sejak 2003) dan menjadi WNI atas inisiatif sendiri, didukung Undang-undang No. 12 Tahun 2006.
Hal tersebut diamini oleh Ketua PSSI, Nurdin Halid, sebagaimana dilansir Antara (21-12-2010) Ia menyampaikan bahwa keduanya bukan pemain naturalisasi. Untuk Irfan Bachdim telah mempunyai paspor Indonesia sejak tahun 2006. Untuk Christian Gonzales, menjadi WNI dengan proses yang sama dengan calon WNI yang lain. Pemain kelahiran Uruguay itu membutuhkan waktu lima tahun untuk memastikan statusnya.
Seorang pemain hasil naturalisasi saat ini adalah Kim Jeffry Kurniawan. Namun demikian pemain keturuan Indonesia - Jerman itu belum pasti masuk dalam Timnas, untuk masuk tim Merah Putih karena harus tetap menjalani seleksi yang akan dilakukan pelatih Alfred Riedl mulai 4 Januari 2011 nanti. "Jika kemampuannya tidak sesuai dengan kebutuhan maka tidak bisa masuk timnas. Kim hanya menjadi pemain naturalisasi saja yang artinya hanya menjadi WNI dengan jalur yang cepat karena dinilai memiliki kemampuan lebih dibidang sepak bola," kata Nurdin menambahkan.
Akan tetapi demikian menurut goal.com mereka bukanlah produk dari program naturalisasi yang dijalankan oleh PSSI. Sampai saat ini belum ada pemain tim Nasional Indonesia yang merupakan hasil naturalisasi. Berikut kutipan dari goal.com (21-12-2010).
Irfan Bachdim |
BUKAN pemain aturalisasi karena sudah mengantongi paspor Indonesia sejak awal, memilih untuk menjadi WNI ketimbang Belanda pada usia 18 tahun.
Christian Gonzales |
BUKAN pemain naturalisasi, karena sudah menetap di Indonesia lebih dari 5 tahun (sejak 2003) dan menjadi WNI atas inisiatif sendiri, didukung Undang-undang No. 12 Tahun 2006.
Hal tersebut diamini oleh Ketua PSSI, Nurdin Halid, sebagaimana dilansir Antara (21-12-2010) Ia menyampaikan bahwa keduanya bukan pemain naturalisasi. Untuk Irfan Bachdim telah mempunyai paspor Indonesia sejak tahun 2006. Untuk Christian Gonzales, menjadi WNI dengan proses yang sama dengan calon WNI yang lain. Pemain kelahiran Uruguay itu membutuhkan waktu lima tahun untuk memastikan statusnya.
Kim Jeffry Kurniawan |
Minggu, Desember 19, 2010
Naturalisasi Efektif?
Striker Christian "El Loco" Gonzales alias Mustafa Habibie berhasil membawa tim nasional (Timnas) Indonesia kembali membungkam Filipina sekaligus memastikan Indonesia lolos ke babak final Piala AFF 2010. Aksi heroik pemain "naturalisasi" pada menit ke-43 sontak membuat Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta dan umumnya rakyat Indonesia bergetar. Sekitar 85.000 penonton yang memadati stadion menyambut histeris gol tersebut.
Ini bukan kali pertama pemain "naturalisasi" tersebut melesakkan gol ke gawang lawan main Indonesia dalam Piala AFF 2010. Dua gol yang telah diciptakan sebelumnya, 1 gol saat pertandingan melawan Malaysia 1 Desember 2010 dan 1 gol lainnya saat leg-1 melawan filipina pada 16 Desember 2010. Keadaan ini telah membuat dirinya menjadi pencetak gol terbanyak semetara saat ini dalam rangkaian Piala AFF 2010.
Indonesia melenggang ke Final, dan El Loco pun menjadi Bintang. Lalu, apakah catatan ini membuktikan bahwa naturalisasi efektif menjadi obat Timnas, tentunya tidak bisa di jawab secara mutlak karena sepakbola merupakan permainan yang membutuhkan teamwork. Bahwa El Loco telah meberi kontribusi adalah hal yang tidak dapat dibantah, namum menyimpulkan pemain "naturalisasi" sebagai resep membetuk timnas, wajarkah?
Terus Berjuang Garuda! Raih Kemenangan.
Gol Christian El Loco Gonzales Indonesia - Filipina (19-12-2010)
Gol Christian El Loco Gonzales Filipina - Indonesia (16-12-2010)
Ini bukan kali pertama pemain "naturalisasi" tersebut melesakkan gol ke gawang lawan main Indonesia dalam Piala AFF 2010. Dua gol yang telah diciptakan sebelumnya, 1 gol saat pertandingan melawan Malaysia 1 Desember 2010 dan 1 gol lainnya saat leg-1 melawan filipina pada 16 Desember 2010. Keadaan ini telah membuat dirinya menjadi pencetak gol terbanyak semetara saat ini dalam rangkaian Piala AFF 2010.
Indonesia melenggang ke Final, dan El Loco pun menjadi Bintang. Lalu, apakah catatan ini membuktikan bahwa naturalisasi efektif menjadi obat Timnas, tentunya tidak bisa di jawab secara mutlak karena sepakbola merupakan permainan yang membutuhkan teamwork. Bahwa El Loco telah meberi kontribusi adalah hal yang tidak dapat dibantah, namum menyimpulkan pemain "naturalisasi" sebagai resep membetuk timnas, wajarkah?
Terus Berjuang Garuda! Raih Kemenangan.
Gol Christian El Loco Gonzales Indonesia - Filipina (19-12-2010)
Gol Christian El Loco Gonzales Filipina - Indonesia (16-12-2010)
Sabtu, Desember 18, 2010
Pertahankan Konsistensi!
Indonesia tinggal selangkah lagi masuk final Piala AFF 2010. berkat kemenangan tipis 1-0 atas Filipina. Hasil tersebut sekaligus menjadikan Indonesia satu-satunya tim yang belum terkalahkan di Piala AFF, terus mencetak kemenangan dalam empat penampilan, serta selalu mencetak gol setiap bertanding.
Dengan hasil yang saat ini telah diraih, wajar jika Tim Nasional mendapat pujian dan menumbuhkan harapan untuk mencatatkan prestasi untuk Indonesia. Namun perjuangan belum usai, tiket final pun masih belum menjadi suatu yang mutak karena masih ada pertandingan berikutnya, leg ke-2 semi final pada 19 Desember 2010. Sejalan dengan ucapan Alfred Riedl yang dikutip oleh Goal.com mewanti-wanti, "Kemenangan ini sangat penting, tetapi kita belum memastikan tiket final."
Timnas wajib mempertahankan konsistensi kemenangan untuk meraih gelar jawara Asia Tenggara dan tetap memiliki kepercayaan diri dilaga Final. Waspada pada laga kedua Minggu (19/12) nanti karena permainan disiplin pemain Filipina pada pertemuan pertama terbukti sukes mematikan lini serang Merah-Putih sepanjang babak kedua, sehingga hanya menghasilkan kemenangan tipis untuk Indonesia.
Menang terus! Garuda Kebanggaan ku!
Dengan hasil yang saat ini telah diraih, wajar jika Tim Nasional mendapat pujian dan menumbuhkan harapan untuk mencatatkan prestasi untuk Indonesia. Namun perjuangan belum usai, tiket final pun masih belum menjadi suatu yang mutak karena masih ada pertandingan berikutnya, leg ke-2 semi final pada 19 Desember 2010. Sejalan dengan ucapan Alfred Riedl yang dikutip oleh Goal.com mewanti-wanti, "Kemenangan ini sangat penting, tetapi kita belum memastikan tiket final."
Timnas wajib mempertahankan konsistensi kemenangan untuk meraih gelar jawara Asia Tenggara dan tetap memiliki kepercayaan diri dilaga Final. Waspada pada laga kedua Minggu (19/12) nanti karena permainan disiplin pemain Filipina pada pertemuan pertama terbukti sukes mematikan lini serang Merah-Putih sepanjang babak kedua, sehingga hanya menghasilkan kemenangan tipis untuk Indonesia.
Menang terus! Garuda Kebanggaan ku!
Kamis, Desember 16, 2010
Pesan Sponsor: Kamis (16-12-2010) Malam Jangan Lupa Lihat Indonesia Lawan Filipina
(Tempointerakitf) |
Sebagaimana dikutip Tempointerakitif (15-12-2010) "Ada pesan sponsor, hari Kamis malam jangan lupa lihat Indonesia lawan Filipina," kata Presiden ketika memberikan kuliah umum di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, kemarin.
Selain itu, Presiden juga menyatakan apresiasinya terhadap kerja keras anak-anak asuhan Alfred Riedl itu ketika berhasil menundukkan Malaysia 5-1, kemudian Laos 6-0, dan Thailand 2-1.
"Waktu melaksanakan kongres di Malang (beberapa waktu lalu), banyak yang bilang, ah apa lagi itu kalau kalah-kalah saja," kata Presiden. Berkat kegigihan para pemain Indonesia, pesimisme sebagian masyarakat Indonesia bisa berbalik dan kini tim Garuda selalu dapat puja-puji atas keberhasilannya.
Menteri Pendidikan M. Nuh mengatakan prestasi tim nasional Indonesia memang patut dihargai. "Kalau tidak ada siaran langsung di televisi, mungkin masyarakat Indonesia tidak percaya kalau tim nasional bisa menang, tapi sekarang bisa dibuktikan, dan ini perlu diapresiasi," kata M. Nuh.
Tidak adanya lapangan yang memenuhi syarat untuk menggelar laga kandang semi final piala AFF di Filipina memberi keuntungan bagi Indonesia. Dua laga semi final piala AFF 2010 antara Indonesia v.s. Filipina yang normalnya dilakukan secara home and away, dilaksanakan dua kali di SGBK yang dijadwalkan pada 16 Desember 2010 sebagai laga tandang dan 19 Desenber 2010 sebagai laga kandang.
Rabu, Desember 08, 2010
Kemenangan yang Ditunggu Selama 12 Tahun
Arif Suyono (REUTERS) |
Bagi Thailand, hasil akhir ini menjadi yang terburuk dalam sejarah keikutsertaan mereka di Piala AFF. Selain itu, Thailand untuk kali pertama tidak mampu memetik kemenangan dalam laga penyisihan grup.
Sejak awal pertandingan Tim Nas Indonesia nampak masih trauma atas tim Thailand yang sejak 1998 tidak pernah terkalahkan. Indonesia bermain sangat hati-hati dan cenderung selalu bertahan. Thailand menguasai permainan hampir separuh babak pertama, namun tidak berhasil menjebol gawang tim Merah Putih. Hingga 45 menit pertama usai, kedudukan imbang tanpa gol.
Meski sempat tertinggal lebih dulu dari tim tamu lewat gol Suree Sukha di menit ke-69, Maman Abdurrahman dkk terus berjuang secara gigih untuk bisa menyamakan kedudukan dan bahkan memenangkan pertandingan bernuansa derby klasik di Asia Tenggara ini.
Masuknya Bambang, menggantikan Irfan Bachdim di menit ke-58, dan Arif Suyono, menggantikan Oktovianus Manniani di menit ke-69, memberikan warna tersendiri buat permainan pasukan Merah Putih. Timnas bahkan mampu mencetak dua gol melalui titik putih dalam sepuluh menit terakhir jelang pertandingan akan berakhir.
Kemenangan itu telah memecah rekor tak pernah menang selama 12 tahun yang dialami tim "Garuda" atas tim "Gajah Putih", atau sejak 1998. (Goal.com)
Berikut Sejarah Pertemuan Indonesia-Thailand Sejak 1998:
- 7 Desember 2010: Indonesia 2-1 Thailand (Piala AFF)
- 20 Desember 2008: Thailand 2-1 Indonesia (Piala AFF)
- 16 Desember 2008: Indonesia 0-1 Thailand (Piala AFF)
- 7 Desember 2007: Indonesia 1-2 Thailand (SEA GAmes)
- 2 Desember 2005: Thailand 3-1 Indonesia (SEA Games)
- 7 Desember 2003: Indonesia 0-6 Thailand (SEA Games)
- 29 Desember 2002: Thailand 2-2 Indonesia [4-2] (Piala AFF)
- 13 Desember 2001: Thailand 2-1 Indonesia [AET] (SEA Games)
- 10 September 2000: Thailand 4-1 Indonesia (Piala AFF)
- 5 September 1998: Indonesia 3-3 Indonesia [5-4] (Piala AFF)
- 31 Agustus 1998: Thailand 3-2 Indonesia (Piala AFF)
Minggu, Desember 05, 2010
Makna Demokrasi
tulisan ini adalah sebuah pandangan atas polemik Pemerintah atas posisi Gubernur Yogyakarta
Demokrasi, mungkin kini menjadi salah satu kata yang sering diucapkan dalam ranah politik sebagai mantra sekaligus penanda, bahwa saya adalah bagian dari rakyat. Tetapi, tanpa disadari makna demokrasi mudah jatuh dalam pengertian yang dangkal.
Josiah Ober dalam The Original Meaning of Democracy (2008) dan Origin of Democracy in Ancient Greece (bersama Kurt A. Raaflaub dan Robert Wallace, 2007) mengajukan pertanyaan provokatif, jika demokrasi dirunut asal usulnya dari kata Yunani yang terdiri dari demos yang diartikan "rakyat" dan kratos sebagai "kekuasaan", lalu demokrasi berarti “kekuasaan oleh rakyat”. Tapi kekuasaan dalam pengertian apa?
Dalam cuaca politik modern kita lantas akan tegas menjawab, kekuasaan memutus perkara dan pilihan atas dasar aturan oleh mayoritas. Jika demikian halnya, Ober meneruskan, demokrasi akan menghadapi dilema: sebagai sistem politik yang direduksi menjadi sekedar mekanisme pengambilan keputusan berdasarkan voting.
Pada kenyataanya, reduksi demokrasi pada sekedar sebuah sistem voting, yakni penentuan putusan atas dasar suara terbanyak, adalah mengaburkan nilai dan potensialitas demokrasi. Dalam literatur kita mengenal setidaknya tiga model rejim: monarchia (monos = sendiri), oligarchia (hoi oligoi = sedikit), dan demokratia. Memperhatikan tiga model ini saja kita dapat mulai bertanya, pertama mengapa yang disebut terakhir tidak merujuk pada jumlah? Demokrasi, dengan kata demos tak merujuk pada jumlah melainkan pada “tubuh kolektif”.
Selanjutnya kratos adalah terkait pada power (kekuasaan).Akan tetapi kekuasaan dalam arti apa? Ada tiga arti bagi kratos, yang merentang dari “dominasi”, “aturan”, hingga “kapasitas”. Melalui analogi pada istilah Yunani isokratia yang berarti akses yang sama bagi warganegara terhadap barang publik, kratos berarti kekuasaan publik mewujudkan kebaikan umum melalui pelaksanaan hal-hal baik di ranah publik. Dengan demikian kratos - dalam pemakaian sebagai sufiks model-model rejim – berarti kapasitas untuk melakukan sesuatu. Implikasinya adalah demokratia tidak pernah berarti “demos yang memonopoli lembaga-lembaga kekuasaan”, dan tidak sekedar bermakna “demos yang memiliki kekuasaan monopolistik di antara pemegang kekuasaan lain dalam sebuah Negara”. Demokratia adalah kekuatan dan kemampuan kolektif untuk bertindak mewujudnyatakan kebaikan umum.
Praktik berdemokrasi di zaman Yunani antik juga tak melulu berpusat pada voting. Bahwa voting perlu bagi pengambilan keputusan tidak dipungkiri, namun prinsip utamanya adalah demos terpilin atas tubuh individual yang secara sosial berbeda, keunikannya dihargai, dan masing-masing mampu memilih secara bebas sesuai dengan yang dikehendaki.
Petaka bagi demokrasi adalah ketika ia gagal setia pada makna asali. Lebih mengkhawatirkan jika demokrasi yang telah direduksi ini dianggap sebagai satu-satunya pilihan yang ada, hanya karena bercermin pada partisipasi dalam pemilihan yang dianggap mewakili mayoritas. Sejak kapan istilah demokrasi dipadankan dengan “kekuasaan oleh mayoritas” atau “pengambilan keputusan melalui voting”? Kita hidup dalam mentalitas pasar, di mana ada kecenderungan aku berjuang bagi keuntunganku, tidak lebih, dan pasar lebih mengandaikan dan menyukai orang sebagai kerumunan, bukan jejaring individu yang sadar akan hak dan kapasitasnya. Bila demikian apakah voting selalu menjadi solusi?
Inspirasi dari: Prastowo Justinus, Melacak Makna Demokrasi (indoprogress.blogspot.com)
Indonesia Pastikan Lolos ke Semifinal Piala AFF 2010
Irfan Bachdim (detikSport) |
Tim Merah Putih, yang tampil percaya diri setelah menang 5-1 atas Malaysia hari Rabu (1-12-2010) lalu, melsakkan gol pertama pada menit ke-28 melalui tendangan penalti setelah Christian Gonzales diganjal di kotak penalti. Kapten Firman Utina mengeksekusi penalti dan dengan tenang mengecoh kiper Sengphachan Bounthisanh.
Sebelum turun minum Indonesia mencetak satu gol lagi lewat kaki M. Ridwan. Gol ini merupakan aksi individu yang indah setelah ia sendirian melewati beberapa pemain Laos sebelum mengecoh kiper.
Hujan gol ke gawang Laos terjadi di babak kedua, dimulai oleh Firman Utina di menit ke-50 dan diikuti oleh Irfan Bachdim, A. Suyono dan Okto Maniani, hingga skor akhir menjadi 6-0 untuk kemenangan Indonesia.
Kemenangan besar kedua ini membuat Indonesia berada di puncak klasemen Grup A dengan nilai enam dari dua pertandingan dan dengan mencetak 11 gol dan kemasukan satu gol.
Euforia kemenangan untuk Tim Garuda, tapi Kita tidak boleh lengah perjuangan belum selesa, karena tim belum menjuarai apapun. Sikap serius harus tetap akan diusung ketika menghadapi Thailand pada laga Grup A, 7 Desember 2010.
Harapan boleh tinggi, tetapi kepala harus tetap membumi. Catatan Goal.com menyebutkan, salah satu yang harus diperbaiki adalah permainan tim yang kerap terburu-buru melepaskan umpan. Entah disengaja atau tidak, disadari atau tidak. Dalam dua kesempatan bertanding, Indonesia "beruntung" pada akhirnya memetik kemenangan. Tetapi apa jadinya jika lawan mampu mengeksploitasi kelemahan tersebut?
Mudah-mudahan saja kita bisa meraih kemenangan demi kemenangan dalam pertandingan berikutnya. Karena Bangsa ini selalu berharap dan berdoa hasil terbaik untuk Tim Nasional Indonesia.
Jumat, Desember 03, 2010
Menang Telak! Jangan Berbangga Dulu
Indonesia 5, Malaysia 1. Skor akhir pertandingan itu sepertinya terlalu fantastis! Apalagi Tim Garuda sempat kecolongan satu gol dari Negeri Jiran tersebut.
Kemenangan telak ini memang layak membuat kita bangga. Harapan terhadap Bintang baru pun muncul, Irfan Haarys Bachdim, Pemain naturalisasi kelahiran Belanda 1988 menyedot perhatian pencinta sepakbola Indonesia ketika tampil gemilang melawan pada partai perdana Piala AFF 2010 di Gelora Bung Karno itu.
Tak mudah awalnya. Keragu-raguan skuad Merah Putih tampak jelas di awal laga. Hingga memberi peluang Malaysia mencetak gol lewat sentuhan Norshahrul Idlan Talaha di menit ke-22, setelah mengecoh Hamka Hamzah. Pola alur bola yang monoton, langsung meneruskan bola ke Gonzales dan Bachim ke depan, diubah. Sisi sayap lebih dimaksimalkan. Cara tersebut sukses, dua gol balasan di babak pertama tercatat dimulai dari aksi wing bek Indonesia, M Nasuha dan M Ridwan yang melakukan penetrasi di sisi kanan-kiri pertahanan Malaysia.
Babak kedua, Riedl seolah tahu pola itu yang harus lebih digencarkan. Peran Okto, pun dimaksimalkan bersama kekuatan dua striker naturalisasi yang belum banyak terbaca pemain lawan. Hasilnya? Malaysia dilibas dengan tiga gol tambahan yang dicetak anak-anak Indonesia. Hingga menghasilkan skor akhir 5 -1 kemenangan untuk Indonesia.
Pun, terlepas dari luar biasanya penampilan Indonesia, masih banyak catatan yang mesti dijadikan perbaikan. Sektor pertahanan masih terhitung lemah karena masih bisa ditembus pemain Malaysia. Umpan-umpan tak akurat, mudahnya terjadi kepanikan dilini tengah dan belakang hingga sering memperlihatkan permaian asal "buang bola", serta lemahnya stamina perlu menjadi catatan khusus Tim Indonesia. Target menjuarai AFF Cup pun masih sangat jauh dan harus melewati lawab lainnya.
"Saya bilang kepada pemain agar tidak bermimpi dulu, mereka harus istirahat untuk mempersiapkan pertandingan selanjutnya. Kami masih harus menghadapi Laos dan Thailand, ini pertandingan berat," ujar Alfred Riedl, Pelatih Timnas Indonesia sebagaimana dikutip Tribunnews.com 2-12-2010.
Kemenangan telak ini memang layak membuat kita bangga. Harapan terhadap Bintang baru pun muncul, Irfan Haarys Bachdim, Pemain naturalisasi kelahiran Belanda 1988 menyedot perhatian pencinta sepakbola Indonesia ketika tampil gemilang melawan pada partai perdana Piala AFF 2010 di Gelora Bung Karno itu.
Tak mudah awalnya. Keragu-raguan skuad Merah Putih tampak jelas di awal laga. Hingga memberi peluang Malaysia mencetak gol lewat sentuhan Norshahrul Idlan Talaha di menit ke-22, setelah mengecoh Hamka Hamzah. Pola alur bola yang monoton, langsung meneruskan bola ke Gonzales dan Bachim ke depan, diubah. Sisi sayap lebih dimaksimalkan. Cara tersebut sukses, dua gol balasan di babak pertama tercatat dimulai dari aksi wing bek Indonesia, M Nasuha dan M Ridwan yang melakukan penetrasi di sisi kanan-kiri pertahanan Malaysia.
Babak kedua, Riedl seolah tahu pola itu yang harus lebih digencarkan. Peran Okto, pun dimaksimalkan bersama kekuatan dua striker naturalisasi yang belum banyak terbaca pemain lawan. Hasilnya? Malaysia dilibas dengan tiga gol tambahan yang dicetak anak-anak Indonesia. Hingga menghasilkan skor akhir 5 -1 kemenangan untuk Indonesia.
Pun, terlepas dari luar biasanya penampilan Indonesia, masih banyak catatan yang mesti dijadikan perbaikan. Sektor pertahanan masih terhitung lemah karena masih bisa ditembus pemain Malaysia. Umpan-umpan tak akurat, mudahnya terjadi kepanikan dilini tengah dan belakang hingga sering memperlihatkan permaian asal "buang bola", serta lemahnya stamina perlu menjadi catatan khusus Tim Indonesia. Target menjuarai AFF Cup pun masih sangat jauh dan harus melewati lawab lainnya.
"Saya bilang kepada pemain agar tidak bermimpi dulu, mereka harus istirahat untuk mempersiapkan pertandingan selanjutnya. Kami masih harus menghadapi Laos dan Thailand, ini pertandingan berat," ujar Alfred Riedl, Pelatih Timnas Indonesia sebagaimana dikutip Tribunnews.com 2-12-2010.
Langganan:
Postingan (Atom)