Sebuah kota yang sehat adalah kota yang memperhatikan keseimbangan antara aktivitas dan kelestarian lingkungannya. Aktivitas kota yang sibuk dan padat menuntut keberadaan sebuah ruang publik yang dapat digunakan warganya untuk kembali menyelaraskan diri dengan lingkungan maupun komunitasnya. Terlebih lagi tingginya tingkat polusi udara di perkotaan, membuat keberadaan sebuah ruang hijau semakin penting bagi warga maupun bagi lingkungan kota itu sendiri.
Jakarta mungkin tidak memiliki taman sebesar Central Park atau sebanyak taman kota di Inggris. Namun, dengan pembangunan situs-situs publik seperti Taman Menteng yang diresmikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 28 April 2007, mudah-mudahan bisa menjadi sebuah awal munculnya berbagai ruang publik serupa yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi lingkungan maupun masyarakat sekitarnya.
Selain untuk menambah ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta, pembangunan taman yang berlokasi di jalan raya HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat ini, juga ditujukan sebagai sarana publik yang mudah-mudahan bisa sedikit "menyegarkan" warga Jakarta. Setelah Taman Monas, Taman Suropati, dan masih banyak taman kota lainnya, kini hadir Taman Menteng yang akan semakin menghijaukan Kota Jakarta. Taman yang dibangun di atas lahan seluas 30 hektar ini memiliki konsep yang sedikit berbeda dengan taman-taman kota lainnya. Selain mewadahi lebih dari 30 spesies tanaman hias, Taman Menteng juga dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti arena bermain untuk anak, lapangan futsal dan lapangan basket. Selain itu, 44 buah sumur resapan pun dibangun di area taman sebagai serapan air hujan.
Taman yang dibangun dengan biaya sekitar 30 milyar rupiah ini juga memiliki dua bangunan rumah kaca yang bisa digunakan sebagai ruang pameran atau berbagai event lainnya. Di sudut kanan area, terdapat bangunan gedung berlantai empat untuk area parkir bagi kendaraan yang sebelumnya selalu "nongkrong" di bahu jalan HOS Cokroaminoto.
Sebelum Taman Menteng berdiri, lahan yang berada di pusat kota Jakarta ini adalah markas besar tim kesebelasan kebanggaan warga Jakarta, Persija. Stadion ini pertama kali didirikan tahun 1921 oleh dua orang arsitek asal Belanda, F.J. Kubatz dan P.A.J. Moojen. Dalam sejarah persepakbolaan Indonesia, stadion ini telah melahirkan sejumlah pemain legendaris, seperti Djamiat Kaldar, Abdul Kadir, Iswadi Idris, Anjas Asmara, dan Ronny Pattinasarani.
Seiring berjalannya waktu, sangat disayangkan, Stadion Menteng mengalami pergeseran fungsi dari yang seharusnya. Perawatan yang sangat minim membuat stadion ini perlahan-lahan berubah menjadi area yang kumuh. Lebih dari itu, sejumlah oknum yang tidak bertanggungjawab pun mulai bermunculan menguasai lahan di sekitar stadion dan menjadikannya sebagai lahan usaha ilegal. Melihat hal ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, mengambil inisiatif untuk mengubah lahan menjadi sebuah area publik dalam bentuk Taman Kota.
Namun, pengalihan fungsi ini tidak berarti menghapuskan kenangan akan Stadion Menteng. Untuk mengenang kejayaan stadion bersejarah ini, di salah satu sudut , taman dibangun sebuah bangunan artwork yang direncanakan akan mematri nama-nama para legends Persija.
Sumber : liburan.info ; id.wikipedia ; www.beritajakarta.com ; maps.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar