Aksi tersebut merupakan dampak dari penutupan terminal bayangan yang ada di dalam tol di daerah Jatibening. Dengan demo tersebut, akhirnya Jasamarga (selaku Pengelola jalan tol) pun menerima untuk tetap memberikan warga sekitar naik bus kota dari dalam tol.
Sebenarnya penutupan terminal bayangan sesuai Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2005 Pasal 41. Namun sepertinya kenyataan menginginkan hal yang berbeda dari Undang-Undang tersebut.
Warga sekitar membutuhkan fasilitas untuk mengakses angkutan umum yang digunakan untuk mengantar mereka ke tempat mereka bekerja, (dalam hal ini menuju kota Jakarta). Dan sepertinya terminal bayangan Jatibening yang ada saat ini adalah akses angkutan umum terbaik menurut mereka.
Mungkin kita perlu berfikir agak terbalik . . .
Bagaimana bila di jalan tol benar-benar disediakan fasilitas untuk mengakses angkutan umum dan hal itu mungkin saja bisa dilegalkan. Syaratnya area untuk menurunkan dan menaikan penumpang dibuat khusus terpisah di luar jalur kendaraan, prinsipnya itu dibuat untuk naik dan turun penumpang angkutan umum namun tidak menggangu pengguna tol lain yang sewajarnya melaju dengan kecepatan tinggi. Gambarannya mungkin seperti sebuah rest area kecil dengan akses terbatas hanya bagi pengguna angkutan umum.
Saya berfikir ada manfaat yang bisa didapat dengan cara ini seperti:
- Warga sekitar terbantu dengan akses angkutan umum yang terjangkau.
- Bus angkutan umum mendapat kesempatan untuk mengangkut penumpang lebih banyak.
- Dengan bus yang mengangkut lebih banyak orang, logikanya akan mengurangi pengguna kendaraan pribadi, dengan demikian akan mengurangi kemacetan .
- Dengan tempat terpisah dari jalur tol, maka pengguna kendaraan pribadi tidak terganggu.
Jika melihat hanya ada 4 poin manfaat, mungkin itu suatu yang tidak seberapa, namun coba bila tempat seperti ini dibuat pada beberapa lokasi pada ruas tol yang menuju Jakarta. Semakin banyak orang dimudahkan untuk mengakses angkutan umum, akan semakin banyak pula yang menggunakannya. Dan tentunya pengguna kendaraan pribadi yang berasal dari kota satelit menuju Jakarta akan berkurang.
Ini hanya sekedar pemikiran sederhana . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar