Senin, April 18, 2011

"Pulau Neraka" Pelajaran Untuk Indonesia

Pulau Dewata berubah sebutannya menjadi Pulau Neraka, begitulah ungkapan yang dilansir oleh TIME sebuah media massa internasional dalam artikelnya yang berjudul Holidays in Hell: Bali's Ongoing Woes.

Artikel yang ditulis Andrew Marshall tersebut, membahas sejumlah masalah yang melilit Pulau Bali.

Andrew membuka tulisannya dengan kotornya pantai Kuta, salah satu lokasi wisata paling ramai di Bali. Sampah-sampah yang ada di sungai terbawa ke laut. Termasuk kotoran manusia. Sampah-sampah itu lantas berakhir di Pantai Kuta. Ini membuat awal Maret lalu otoritas Pantai Kuta melarang turis berenang lebih dari 30 menit di pantai tersebut, karena khawatir terkena infeksi kulit.

Selain masalah polusi di pantai, lanjut Marshall, Bali juga mengalami problem kekurangan air, listrik mati hidup, sampah yang berserakan, drainase, hingga kemacetan serta kriminalitas.Marshall juga menyandingkan kemacetan di Bali menyerupai di Jakarta. Sementara soal kriminalitas yang menyasar ke turis asing, sejak Januari lalu Polda Bali, menurut Marshall, menerapkan tembak ditempat bagi kriminal.

Andrew menilai, infrastruktur pulau kurang cepat mengantisipasi perubahan pariwisata Bali, salah satu masalah utama adalah kebanyakan turis. Pada 2001, Bali didatangi 1,3 juta turis asing. Sepuluh tahun kemudian, meski pernah terjadi Bom Bali I dan II, turis yang datang ke Bali melesat mencapai dua juta orang per tahun. Ini belum terhitung jutaan turis lokal. Hotel dan pusat belanja tiba-tiba muncul di mana-mana. Sebaliknya, pembangunan ini kurang memperhitungkan infrastruktur pendukung seperti jalan, listrik, selokan, parkir.

Permasalahan sangat mengenaskan yang kini terjadi di Bali, seharusnya menjadi perhatian pemerintah di seluruh wilayah Indonesia. Ini adalah "warning" di mana keinginan untuk membangun wilayah tidak diikuti dengan pengeloaan yang baik.

Pengelolaan wilayah seharusnya memperhitungkan dan mempersiapkan efek-efek yang terjadi akibat pembangunan dan aktivitas wilayahnya. Dimana dalam hal ini diperlukan suatu pendekatan sistem agar efek positif dan negatif dapat terprediksi lebih awal sehingga memungkinkan untuk dilakukan antisipasi terhadap permasalahan yang akan terjadi.
referensi: TIME, Republika

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...