Perlu dipahami terdahulu bahwa konteks pembangunan berkelanjutan sesungguhnya sangatlah luas, bila mengacu kepada The Brundtland Commission's 1987 report, sustainable development (pembangunan berkelanjutan) didefinisikan sebagai berikut: “development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs”. Tanpa bemaksud untuk membatasi makna pembangunan berkelanjutan, dalam makalah ini pembahasan pembangunan berkelanjutan secara umum dilihat dari sudut pandang mempertahankan kulitas lingkungan untuk kelanjutan kehidupan umat manusia.
Pembangunan yang berkelanjutan sunguh merupakan tatangan besar, sebagaimana dinyatakan oleh Kofi Annan : “Our biggest challenge in this new century is to take an idea that seems abstract – sustainable development – and turn it into a daily reality for all the world’s people”. Bahwa pembangunan berkelanjutan sangat tidak mudah untuk dipraktekkan juga sebuah kenyataan yang harus dihadapi. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh The International Institute for Evironment sebagaimana dikutip dari Village Earth blog menyebutkan: “A 20-year international effort to put the planet on a path to sustainable development has been woefully inadequate and will need a radical rethink if it is to achieve its aims”.
Ada semacam kontradiksi yang kemungkinan besar akan terjadi pada penerapan pasar bebas dalam kaitannya dengan upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Pasar bebas cendrung akan mengarah kepada sudut pandang bisnis di mana profit akan menjadi sasaran utama para pelaku pasar bebas. Salah satunya adalah melalui usaha menekan biaya dalam pelaksanaan produksi. Satu dampak yang mungkin terjadi adalah eksploitasi sumber daya, hal ini akan sangat berbahaya jika sumber daya tersebut adalah sesuatu yang terbatas, sehingga ada kemungkinan sumber daya tersebut habis dan tidak dapat dinikmati oleh masyarakat di masa mendatang.
Perbedaan penerapan standar juga dapat menjadi persoalan dalam penerapan pembangunan berkelanjutan dalam era pasar bebas. Jeff Faux, dalam Microsoft Encarta 2008 menyatakan: “Regulating trade helps protect the standards that we set in our own domestic markets”. Standard dimaksud oleh Jeff Faux, tidak hanya ditujukan pada standar harga dan hasil akhir produksi, tetapi termasuk juga standard dalam proses produksi dimana dampak lingkungan menjadi perhatian utamanya. Kekhawatiran atas penerapan standard yang bebeda-beda diberbagai Negara diantaranya adalah ketika pelaku produksi berpindah industrinya ke tempat dimana standard dampak lingkungan dari industri masih sangat rendah.
Dari sisi ekonomi, perdagangan bebas sering dipandang “memakmurkan negara/orang kaya dan memelaratkan negara/orang miskin”. Kemampuan Negara kaya dalam berproduksi tentu lebih tinggi dari pada kemampuan Negara miskin, dengan demikian nilai keuntungan yang diperoleh juga akan jauh lebih tinggi diterima oleh Negara dengan produksi tinggi. Kekhawatiran akan Negara miskin menjadi lebih miskin terjadi ketika hasil produksi mereka tidak mampu bersaing dengan hasil produksi Negara maju, kondisi ini akan mematikan “industri” Negara miskin sehingga menghilangkan pendapatannya.
Perdagangan bebas bila mana diterapkan secara murni maka tidak hanya akan berdampak pada pergerakan produksi saja, faktor-faktor tenaga kerja pendukungnya juga akan mengalami hal yang sama. Kedatangan tenaga kerja asing yang memungkinkan mengurangi peluang kerja tenaga kerja lokal. Kedatangan mereka juga mengakibatkan sebagian aliran uang yang pergi keluar untuk dikirimkan ke Negara asal tenaga kerja itu sendiri dari pada berputar dalam aktifitas ekonomi sekitar.
Pembangunan yang berkelanjutan sunguh merupakan tatangan besar, sebagaimana dinyatakan oleh Kofi Annan : “Our biggest challenge in this new century is to take an idea that seems abstract – sustainable development – and turn it into a daily reality for all the world’s people”. Bahwa pembangunan berkelanjutan sangat tidak mudah untuk dipraktekkan juga sebuah kenyataan yang harus dihadapi. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh The International Institute for Evironment sebagaimana dikutip dari Village Earth blog menyebutkan: “A 20-year international effort to put the planet on a path to sustainable development has been woefully inadequate and will need a radical rethink if it is to achieve its aims”.
Ada semacam kontradiksi yang kemungkinan besar akan terjadi pada penerapan pasar bebas dalam kaitannya dengan upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Pasar bebas cendrung akan mengarah kepada sudut pandang bisnis di mana profit akan menjadi sasaran utama para pelaku pasar bebas. Salah satunya adalah melalui usaha menekan biaya dalam pelaksanaan produksi. Satu dampak yang mungkin terjadi adalah eksploitasi sumber daya, hal ini akan sangat berbahaya jika sumber daya tersebut adalah sesuatu yang terbatas, sehingga ada kemungkinan sumber daya tersebut habis dan tidak dapat dinikmati oleh masyarakat di masa mendatang.
Perbedaan penerapan standar juga dapat menjadi persoalan dalam penerapan pembangunan berkelanjutan dalam era pasar bebas. Jeff Faux, dalam Microsoft Encarta 2008 menyatakan: “Regulating trade helps protect the standards that we set in our own domestic markets”. Standard dimaksud oleh Jeff Faux, tidak hanya ditujukan pada standar harga dan hasil akhir produksi, tetapi termasuk juga standard dalam proses produksi dimana dampak lingkungan menjadi perhatian utamanya. Kekhawatiran atas penerapan standard yang bebeda-beda diberbagai Negara diantaranya adalah ketika pelaku produksi berpindah industrinya ke tempat dimana standard dampak lingkungan dari industri masih sangat rendah.
Dari sisi ekonomi, perdagangan bebas sering dipandang “memakmurkan negara/orang kaya dan memelaratkan negara/orang miskin”. Kemampuan Negara kaya dalam berproduksi tentu lebih tinggi dari pada kemampuan Negara miskin, dengan demikian nilai keuntungan yang diperoleh juga akan jauh lebih tinggi diterima oleh Negara dengan produksi tinggi. Kekhawatiran akan Negara miskin menjadi lebih miskin terjadi ketika hasil produksi mereka tidak mampu bersaing dengan hasil produksi Negara maju, kondisi ini akan mematikan “industri” Negara miskin sehingga menghilangkan pendapatannya.
Perdagangan bebas bila mana diterapkan secara murni maka tidak hanya akan berdampak pada pergerakan produksi saja, faktor-faktor tenaga kerja pendukungnya juga akan mengalami hal yang sama. Kedatangan tenaga kerja asing yang memungkinkan mengurangi peluang kerja tenaga kerja lokal. Kedatangan mereka juga mengakibatkan sebagian aliran uang yang pergi keluar untuk dikirimkan ke Negara asal tenaga kerja itu sendiri dari pada berputar dalam aktifitas ekonomi sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar