Dalam sebuah artikel, okezone (13-214-2011) memberitakan bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sepertinya tak mau dipersalahkan dengan banyaknya film-film berbau seks yang lolos dari tangan Lembaga Sensor Film (LSF). Oleh karena itu MUI berniat menarik perwakilannya dari LSF.
Ketua Bidang Seni dan Budaya MUI, KH A Cholil Ridwan, menyampaikan bahwa "Memang perwakilan MUI ada di LSF. Selama ini sistem di dalam LSF yang membuat kita tidak efektif di LSF. Buktinya, banyak film esek-esek yang lolos sensor. Makanya kita mau tarik saja perwakilan MUI di LSF. Supaya kita tidak ikut dipersalahkan,".
Menurut Cholil, rencana penarikan diri MUI dari LSF sebenarnya sudah dibicarakan sejak lama. Apalagi, semakin ke sini kian banyak film berisi adegan vulgar dan porno yang luput dari sensor LSF. "Kita sudah lama ingin tarik Zainud Tauhid, namanya. Dia anggota DPR, makanya sibuk sekali. Dia sudah dua tahun di LSF, tapi orangnya kurang aktif. Soalnya, dia juga sibuk di DPR. Jadi tidak sempat menonton film-film dan menyensornya," lanjut dia.
Memperhatikan kondisi ini, sepertinya MUI lebih memilih keluar dari dalam sistem dari pada memperbaiki sistem yang ada. Apakah ini menggambarkan ketidak berdayaan kita dalam memerangi pornografi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar