Yang pasti bukan telor gosong yang terus jadi kerak... he.. he.. he
Makanan ini selalu ada di arena Jakarta Fair... dari tahun ke tahun, mulai dari jamannya masih di Monas hingga kini pindah ke Kemayoran.
Makanan ini terbuat dari nasi ketan putih yang diaron (setengah matang) dengan wajan kecil, yang kemudian dicampur dengan telor (bisa telor ayam, tapi pakai telor bebek lebih mantap!) dengan bumbu ebi (udang kering yang diasinkan) yang disangrai kering ditambah bawang merah goreng, lalu diberi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica butiran, garam dan gula pasir.
Cara masaknya juga cukup unik. Ketika kerak telor telah setengah matang maka wajan pemasaknya dibalikkan dan kerak telor dibiarkan langsung terkena panas arang dari anglo sehingga kemudian menjadi sedikit gosong. Mungkin ini yang dinamakan keraknya...
Entah sampai kapan kerak telor ini akan bertahan di tengah derasnya serbuan fast food barat seperti Fried Chiken, Burger, Pizza atau juga japanese food yang kini ada di mana-mana. Bahkan saat ini tampaknya banyak yang lebih bangga menjadi bagian dari kapitalis kuliner barat seperti Burger, Kebab atau japanese food lokal seperti Roku-Roku ketimbang menikmati kuliner lokal seperti kerak telor ini..
jepret-jakarta.blogspot.com |
referensi:catatanjakarta.multiply.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar