Jumat, November 25, 2011

PSSI Sekarang Kok Gini Ya?


Sebagai pendukung sepak bola Indonesia, saya merasa miris melihat PSSI saat ini. Induk organisasi sepak bola Nasional sepertinya tidak memiliki jiwa untuk membangun sepak bola. Pengurus baru yang menjabat sejak bulan Juli ini telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang kontroversial, tergesa-gesa, dan berlagak seperti penguasa kerajaan.

Belum genap satu minggu kepengurusan di bawah ketua umum (ketum) PSSI yang memenangi pemilihan pada 9 Juli 2011, PSSI memecat Alfred Reidl (tribunnews, 13-07-2011), pelatih yang saat itu tengah membawa Tim Nasional menuju putaran  ke tiga, Pra Piala Dunia 2014. Padahal saat itu hubungan Alfred Reidl dalam Tim Nasional tidak ada masalah, bahkan mungkin dapat dikatakan cukup baik. Penggantinya, Wim Rijsbergen, pada kenyataannya tidak menunjukan peran yang lebih baik dari Reidl, malahan mendapat resistensi dari pemain (tribunnews, 08-09-2011) maupun pendukung Tim Nasional.

Masih pada bulan yang sama dengan pemilihan ketua umum, atau tepatnya 21 Juli 2011, PSSI menetapkan SCTV sebagai pemegang hak siar Tim Nasional yang sebelumnya dipegang oleh RCTI. Sebagai suatu kepengurusan yang baru berumur kurang dari 2 minggu, sangat "luar biasa" mampu memutuskan kesepakatan kontrak hak siar Tim Nas dengan secepat itu. Sangat wajar jika pertanyaan muncul, bagaimanakah proses lelang (bidding) hak siar itu berjalan? Kenyataannya pada beberapa kali siaran langsung Tim Nasional SCTV banyak terjadi kekurangan dalam kualitas tampilan tayangan, dibeberapa daerah juga tidak menerima siaran dengan baik (bola.net, 03-09-2011).

Kompetisi liga sepak bola nasional yang seharusnya maksimal diikuti 18 klub sesuai dengan statuta FIFA, dan sudah berjalan pada kepengurusan PSSI sebelumnya, sepertinya tidak diperhatikan pada musin 2011/2012 di mana PSSI akan menjalankan liga dengan jumlah 24 klub (SuperSoccer, 26-10-2011). PSSI juga sepertinya tidak melihat bahwa sudah ada kompetisi yang berjalan pada musim sebelumnya, dan lebih memilih membuat standar baru dan menilai klub dari awal kembali.

Pada bulan Oktober 2011 kembali PSSI membuat keputusan kontroversial, yang kali ini berhubungan dengan kepemilikan Klub Sepakbola Profesional. PSSI memenangkan kubu Hadi Basalamah sebagai pemilik Persija dan Muhammad Nur untuk Arema, di mana menurut informasi yang beredar klub internal dan suporter masing-masing tidak mendukung (VIVAnews, 03-10-2011 ; Kompas, 26-09-2011).

Kini ketika liga akan digulirkan PSSI kembali menyebulkan isu yang tidak nyaman untuk didengar, yaitu tidak mengakui kompetisi nasional selain Indonesian Primier League (IPL) dan tidak akan memanggil pemain di luar IPL untuk Tim Nas. Padahal mayoritas pemain timnas U-23 dan timnas senior saat ini tercatat sebagai pemain klub yang akan berlaga di kompetisi Indonesian Super League (ISL) yang tidak direstui PSSI.mayoritas pemain timnas U-23 dan timnas senior saat ini tercatat sebagai pemain klub yang akan berlaga di kompetisi Indonesian Super League (ISL) yang tidak direstui PSSI (jpnn, 23-11-2011).

IPL awalnya adalah kompetisi tandingan, kini menjadi legal dan Indonesia Super League (ISL) sebelumnya adalah kompetisi resmi, kini menjadi ilegal. Awal pembentukan IPL (LPI) menyatakan 100 persen saham kompetisi milik klub-klub anggota (Wolves Official, 08-06-2011), kini sahamnya justru menjadi milik Ketua Umum (70%)  dan Wakilnya (30%) (SuperSoccer, 26-10-2011). Entah apa yang ada dibenak pengurus PSSI saat ini?

Lalu apa rencana PSSI di bawah kepengurusan baru, untuk empat tahun ke depan? Sama sekali tidak terdengar. Mereka agaknya saat ini masih sibuk "mengukuhkan posisi" dari pada membuat program untuk memajukan sepak bola nasional.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...