Senin, Maret 17, 2008

nge-Blog untuk Indonesia!

Blog adalah media untuk mempublikasikan berbagai hal melalui tulisan, gambar serta video secara online keseluruh dunia. Artinya apa dituangkan seorang blogger dalam blog-nya memiliki peluang untuk mempengaruhi 'dunia', dan semakin banyak blogger ng-blog dengan misi yang sama, maka semakin besarlah pengaruhnya terhadap dunia.
Lalu, mungkinkah sebuah blog menjadi suatu hal yang berguna bagi sebuah bangsa (Indonesia)?
Tentu saja bisa...!
Dalam sebuah blog terdapat banyak cara untuk menunjukan kepedulian kita untuk Bangsa Indonesia, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
  • 1. Isi blog (content's)
Sebagaimana dikira, content’s adalah aktor utama dari sebuah blog, dimana search enggine (google, yahoo dsb.) akan meng-index-nya. Maka buatlah publikasi yang mempromosikan Indonesia, atau mengangkat jiwa nasionalisme. Boleh saja membuat artikel yang meng-kritik terhadap berbagai hal yang terjadi di Indonesia tetapi dengan tujuan ‘kritik untuk membangun’, bukan untuk mencemooh atau mengejek bangsa sendiri.
  • 2. Disain blog (template)
Jika anda cukup mahir untuk mengubah desain blog anda, alangkah baiknya jika anda menambahkan suatu nuansa yang ‘Indonesia’ seperti warna ‘merah-putih’, latar belakan alam/budaya Indonesia, atau mungkin sekedar tulisan ‘Indonesia’ yang dapat terlihat jelas oleh pengunjung.
  • 3. Pernak pernik blog
Sebuah blog akan dapat lebih menarik dan interaktif jika ditambahkan ‘pernak-pernik’ yang tertata dengan rapih secara embed. Sarannya adalah, sedapat mungkin gunakanlah dari penyedia ‘pernak-pernik’ lokal, dengan semangat bahwa jika ‘penyedia pernak-pernik lokal’ tersebut berkembang maka secara tidak langsung (mereka) akan membantu pergerakan perekonomian baik ditingkat daerah maupun nasional, serta keberadaanya juga akan turut mengangkat nama Indonesia.
  • 4. Tautan (link)
Sebagian dari kebiasaan bogger membuat tautan dari blog-nya ke situs atau blog lainnya, tentu prinsip yang sama berlaku seperti disarankan pada nomor 3. di atas, maka dahulukanlah link menuju situs atau blog lokal dari blog anda.
  • 5. Make money blog (iklan-iklan)
Tidak jarang blogger yang cukup berharap bisa mendapat penghasilan tambahan dari nge-blog, hal yang paling mungkin dilakukan oleh blogger adalah memasang iklan embed dari penyedia pernak-pernik iklan. Seperti disarankan pada no 3. di atas, plus saran tambahannya, jika anda tertarik iklan embed yang mungkin memberi komisi referral kepada ‘account’ yang memberitahu tentang iklan embed yang ingin anda pasangkan maka mendaftarlah melalui ‘account’ lokal (blog lokal yang telah memasang lebih dahulu) sehingga komisi referral juga akan diterima oleh orang Indonesia. J
Maka mulailah tunjukan kecintaan anda pada Indonesia mulai sekarang. Agar Indonesia semakin berjaya dan merah putih terus berkibar.
Punya pendapat lain, bagaimana sebuah blog dapat menjadi hal yang berguna bagi bangsa?

'tuk Indonesia

'tuk Indonesia

'tuk Indonesia

'tuk Indonesia

Ngeblog untuk Indonesia dari sahabat :

Rabu, Maret 05, 2008

Nasionalisasi Industri Pertambangan Asing Untuk Pendidikan Gratis dan Berkualitas!

Pada saat kami menuliskan release ini, Christopher Lingle di harian Jakarta Post (20/02/08), dalam artikel yang berjudul "Restoring Indonesia's economy to a higher growth path" mencatat bahwa pengangguran di Indonesia mencapai 40% dari total angkatan kerja. Selain itu, Bank Dunia menyebutkan sekitar 49,5% Rakyat Indonesia berpendapatan di bawah 2US$/hari. Di sektor pendidikan, yang menjadi pilar utama pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), justru menggambarkan situasi yang lebih miris. Menurut data Susenas 2004, dari penduduk usia sekolah 7–24 tahun yang berjumlah 76,0 juta orang, yang tertampung pada jenjang SD sampai dengan PT tercatat baru mencapai 41,5 juta orang atau sebesar 55 persen. Sementara itu, menurut data Balitbang Depdiknas 2004, angka putus sekolah atau drop-out di tingkat SD/MI tercatat sebanyak 685.967 anak, yang berhasil lulus SD/MI tetapi tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs dan putus sekolah di tingkat SMP/MTs sebanyak 759.054 orang.

Situasi ini sangat kontras dengan nilai profit kandungan kekayaanalam yang dimiliki oleh tanah air kita, yang justru memberikan kemakmuran melimpah kepada korporasi-korporasi asing.

Dalam laporan pendapatannya untuk tahun 2007, pihak ExxonMobil memperoleh keuntungan sebesar $40.6 Billion atau setara dengan Rp.3.723.020.000.000.000 (dengan kurs rupiah 9.170). Nilai penjualan ExxonMobil mencapai $404 billion, melebihi Gross Domestic Product (GDP) dari 120 negara di dunia. Setiap detiknya, ExxonMobil berpendapatan Rp. 11.801.790, sedangkan perusahaan minyak AS lainnya, Chevron, melaporkan keuntungan yang diperolehnya selama tahun 2007 mencapai $18,7 billion atau Rp.171.479.000.000.000. Royal Ducth Shell menyebutkan nilai profit yang mereka dapatkan selama setahun mencapai $31 milyar atau setara dengan Rp. 284.270.000.000.000. Keuntungan yang diperoleh korporasi-korporasi Negara imperialis ini tidaklah setara dengan Produk Domestic Bruto (PDB) beberapa Negara dunia ketiga, tempat korporasitersebut menghisap. Hingga akhir tahun 2007, Produk Domestik Bruto (PDB)Indonesia belum sanggup menembus Rp.4.000 Trilyun, untuk triwulan ke III tahun 2007 saja hanya mencapai Rp. 2.901. trilyun. Untuk Negara penghasil minyak lainnya, Libya hanya 50.320 juta US$, Angola (44,033 juta US$), Qatar (42,463US$), Bolivia (11.163 juta US$), dan lain-lain.

Konfigurasi ini memperlihatkan pengalihan keuntungan eksplorasi tambang, baik migas maupun non-migas, di Negara-negara penghasil justru dinikmati oleh grup-grup korporasi dan Negara induknya. Di Indonesia, menurut laporan Energy information Administration (EIA) dalam laporannya (jan/08) mengatakan bahwa total produksi minyak Indonesia rata-rata 1,1 juta barel per-hari, dengan 81% (atau 894.000 barel) adalah minyak mentah (crude oil). Untuk produksi gas alam, Indonesia sanggup memproduksi 97.8 juta kubik. Indonesia masuk dalam daftar ke 9 penghasil gas alam di dunia, dan merupakan urutan pertama di kawasan Asia Pasifik.

Sayangnya, hampir 90% dari total produksi tersebut berasal dari 6 MNC, yakni; Total (diperkirakan market share-nya di tahun 2004, 30 %), ExxonMobil (17 %), Vico (BP-Eni joint venture, 11 %), ConocoPhillips (11 %), BP (6 %), and Chevron (4 %). Sedang, stok gas bumi mencapai 187 triliun kaki kubik atau akan habis dalam waktu 68 tahun dengan tingkat produksi per tahun sebesar 2,77 triliun kaki kubik. Cadangan batu bara ada sekitar 18,7 miliar ton lagi atau dengan tingkat produksi 170 juta ton per tahun berarti cukup buat memenuhi kebutuhan selama 110 tahun. (Sumber: Kementerian ESDM).

Bandingkan dengan kebutuhan untuk pendidikan! Berdasarkan kajian Balai Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, biaya ideal seorang siswa SD per tahun adalah Rp 1,68 juta. Data Depdiknas menunjukkan, siswa setingkat SD se-Indonesia sekitar 25,5 juta. Jadi untuk menggratiskan pendidikan di SD (minus infrastruktur) adalah 42.8 trilyun. Berdasarkan data Balitbang 2003 mengenai kondisi bangunan SD seluruh Indonesia, 32,2 persen rusak ringan, rusak berat ada 25 persen. SLTP yang rusak ringan 19,9 persen, rusak berat 7,4 persen. Padahal, untuk memperbaiki sebuah gedung sekolah hanya membutuhkan dana paling banyak Rp.100 juta, nilai ini sangat kecil jika dibandingkan dengan share profit di sector pertambangan yang menguap keluar.

Kenapa hal ini bisa terjadi?
Cadangan minyak Indonesia pada tahun 1974 sebesar 15.000 metrik barel dan terus mengalami penurunan. Pada tahun 2000 cadangan minyak Indonesia sekitar 5123 metrik barel (MB) dan tahun 2004 menjadi sekitar 4301 MB. Penyebab dari turunnya cadangan minyak Indonesia adalah; pertama Ladang-ladang pengeboran minyak di Indonesia (milik Pertamina) sudah sangat tua, sebagian besar masih peninggalan penjajah Belanda. Kebanyakan sumur-sumur yang ada sudah tua, teknologi yang digunakan pun sudah ketinggalan jaman. Tidak ada revitalisasi technologi, tidak ada pembenahan struktur dalam perusahaan Migas, dan tidak ada upaya pemerintah untuk memberikan perlakukan khusus bagi perusahaan tambang dalam negeri. Ini semua menyebabkan kemampuan dan kapasitas produksi untuk penerimaaan pemerintah semakin mengecil. PT Pertamina (Persero) menargetkan: laba bersih tahun ini hanya Rp17,8 triliun atau turun 27,3 persen dibandingkan laba bersih 2007 sebesar Rp24,5 triliun. Jadi, merupakan sebuah ironi, korporasi-korporasi asing yang bereksplorasi di wilayah yang sama, memperoleh keuntungan maksimum, sedangkan Pertamina mengalami penurunan laba (keuntungan).

Penyebab kedua, turunnya cadangan minyak Indonesia adalah sebagian besar ladang-ladang minyak Indonesia dikuasai oleh korporasi asing (MNC), seperti BP, Chevron, CNOOC, ConocoPhillips, ExxonMobil, Inpex, KG, Mitsubishi, Nippon Oil, PetroChina, Petronas, Total, Vico. Dengan pembangunan pipeline (jalur onshore dan jalur offshore) yang bisa mengalirkan minyak hasil eksplorasi dari berbagai blok minyak di Indonesia ke Singapore power, menyebabkan potensi hilangnya minyak Indonesia semakin besar. Ini masih ditambah dengan ketidaksanggupan pemerintah mengontrol secara tegas produksi murni dari korporasi (MNC).

Berpatokan kepada UU Migas Nomor 22/2001, pembagian keuntungan pihak Indonesia (Cq. Pemerintah) dan korporasi dilakukan dalam skema Production Sharing Contract (PSC), dimana pertamina telah menjadi bagian dari Kontraktor kontrak Kerja Sama (KKKS). Dalam skema PSC yang ada sekarang, Cost Recovery (CR) sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Indonesia. Cost recovery minyak mentah Indonesia mencapai US$9,03 per barel, sedangkan rata-rata cost recovery minyak mentah dunia sekitar US$4-US$6 per barel. Jadi, cost recovery Indonesia lebih tinggi sekitar 75 persen -125 persen per barel, dibandingkan rata-rata negara produsen minyak mentah di dunia. Apakah ada masalah dengan biaya cost recovery ini? Iya, audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan pada penggunaan cost recovery periode 2000-2006 terhadap 152 kontraktor senilai Rp122,68 triliun, ditemukan indikasi penyimpangan pada 43 kontraktor senilai Rp18, 07 triliun. Perhitungan cost recovery sebenarnya hanya beban atas kegiatan eksplorasi migas, yang meliputi biaya produksi pengangkatan minyak (lifting) dan biaya investasi. Tapi kenyataannya, dalam kontrak yang dibuat kontraktor dengan pemerintah, tak ada batasan yang tegas.

Akibatnya, banyak komponen biaya lain seperti renovasi rumah dinas, biaya berobat, hiburan bahkan kegiatan tanggung jawab sosial (CSR). Ini mungkin yang membuat biaya tersebut membengkak. (sumber: jurnal nasional)

Skema bagi hasil Pemerintah Indonesia dan pihak korporasi memang sangat tidak adil, sangat merugikan pihak Indonesia, namun, beberapa elit politik justru memanfaatkan isu ini demi kepentingan politiknya, bukan untuk kepentingan rakyat. Seandainya, Indonesia mau melakukan peninjauan ulang kontrak karya dengan semua KKS, alasan legal formalnya sangat dibenarkan, mengingat ada bukti-bukti penyimpangan yang disimpulkan BPK. Peraih Nobel Ekonomi 2001 Joseph E. Stiglitz waktu datang ke Indonesia, menyatakan eksploitasi yang dilakukan perusahaan multinasional di negara berkembang sering kali dianggap sepenuhnya sah. Sebagian besar negara berkembang dinilainya tidak mampu terlibat dalam negosiasi canggih yang melibatkan perusahaan-perusahaan multinasional. Dia menduga negara-negara itu tidak mengerti implikasi penuh dari setiap klausul di dalam kontrak. Untuk Indonesia pun, Stiglitz menyarankan agar berani melakukan negosiasi ulang.

Karena proses perampokan kekayaan alam Indonesia ini sepenuhnya dilegitimasi oleh perundang-undangan pemerintah Indonesia, maka tidak ada jalan lain, rakyat Indonesia harus melakukan nasionalisasi (pengambil-alihan) terhadap seluruh perusahaan tambang asing tersebut. Langkah ini merupakan jalan yang tepat dan sanggup menyelamatkan kekayaan alam yang seharusnya diperuntukkan untuk rakyat Indonesia.

Pada Hari Buruh Internasional, Morales resmi mengumumkan nasionalisasi 20 perusahaan minyak dan gas asing. Pengumuman langsung didukung tindakan dengan mengirim tentara Bolivia ke ladang minyak dan gas alam. Penempatan pasukan militer itu merupakan simbol bahwa instalasi minyak dan gas itu telah menjadi milik negara Bolivia. Gara-gara dekrit itu, penerimaan Bolivia disektor migas melonjak menjadi US$780 juta (sekitar Rp7 triliun) pada tahun 2007. Jumlah itu enam kali lipat disbanding penerimaan pada 2002. Bagaimana jika perusahaan asing menolak? "Mereka boleh pergi," ujar Menteri Energi Andres Soliz.

Di Indonesia, di bawah Bung Karno, pemerintahan Soekarno mengeluarkan kebijakan UU No. 86/1958 tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, termasuk sektor pertambangan. Selain itu, Bung Karno memberlakukan UU Nomor 44 Tahun 1960 yang mempertegas pengelolaan minyak dalam kontrol Negara. Setelah itu, Bung Karno menyerahkan skema profit-sharing agreement (PSA) yakni 60:40, ditambah kebijakan lain seperti MNC wajib menyerahkan 25 persen area eksplorasi setelah 5 tahun dan 25 persen lainnya setelah 10 tahun. Selain itu, MNC wajib menyediakan kebutuhan untuk pasar domestik dengan harga tetap dan menjual aset distribusi-pemasaran setelah jangka waktu tertentu. Skema Bung Karno langsung disetujui oleh presiden AS saat itu, John F Kennedy, dan tiga raksasa minyak dunia (Stanvac, Caltex, dan Shell). Cerita sukses Bung Karno itu bisa dilihat dalam prestasi sektor pendidikan, yakni Tingkat melék huruf naik dari 10 ke 50 persen (1960). Biaya pendidikan pada masa itu juga sangat murah.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka kami dari Eksekutif Nasional- Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EN-LMND), menyatakan sikap (1). Nasionalisasi perusahaan pertambangan asing untuk kepentingan pendidikan gratis dan berkualitas. (2). Tinjau-ulang kontrak karya dengan seluruh KKS karena telah merugikan pihak Indonesia. (3). Cabut semua paket perundang-undangan (regulasi) yang mensahkan korporasi asing menjarah kekayaan alam bangsa kita. (4). Industrialisasi Nasional; Pemerintah harus memfasilitasi pembangunan dan penguatan Industri pertambangan Negara yang tangguh dan modern, baik di sektor hulu sampai ke hilir.

(Sumber : Eksekutif Nasional-Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi-EksNas-LMND).

Sabtu, Maret 01, 2008

Anak Indonesia di Liga Utama Belanda

Adakah Peluang Memperkuat Timnas Indonesia?

Irfan1a.jpg17 Februari 2008 adalah hari yang bersejarah untuk Irfan Bachdim. Untuk pertama kalinya pebola yang selama ini main di tim II FC Utrecht mendapat kesempatan menjajal bermain di Liga Utama Belanda, Eredivisie bersama tim utama FC Utrecht I. Itu sebenarn ya juga hari bersejarah untuk sepakbola Indonesia. Pemain muda kelahiran Amsterdam 11 Agustus 1988 itu masih warga Indonesia. Berikut perbincangan dengan Irfan Bachdim

Ranesi[RN]: Selamat dengan penampilan perdana di Eredivisi?

Irfan Bachdim [IB]: Terima Kasih.. terima kasih

RN : Gimana sejarahnya kamu dipangggil tim utama FC Utrecht?

IB : Itu karena banyak pemain FC Utrecht yang cedera, sehingga saya dapat kesempatan main. Hari Jum'at lalu seperti biasa latihan di tim FC Utrecht II. Pelatih kami, David Naschimento memiinta saya latihan dengan tim utama. Jum'at dan Sabtu ikut latihan di tim utama. Usai latihan Sabtu malam, saya lihat nama saya masuk dalam daftar pemain. Hanya belum tahu apakah di tim inti atau di bangku cadangan. Minggu paginya dibicarakan strategi permainan dan susunan pemain inti. Nama saya ternyata ada di situ. Saya sangat gembira sekali, tentu saja.

RN : Kamu dipasang di sayap kanan ya, padahal itu kan bukan posisi favoritmu?

IB : Betul, memang bukan posisi nomor 10 kesukaan saya, tapi dengan pola 4-3-3 tidak membutuhkan posisi nomor 10. Jadi dalam hal itu posisi terbaik saya sayap kanan.

RN : Apakah kamu menduga akan main penuh 2 x 45 menit?

IB : Sebenarnya tidak, apalagi ketika di menit 16 kami bermain dengan 10 orang, karena Tim Cornelisse kena kartu Merah. Saya sempat menduga akan diganti, mungkin berubah ke pola kompak, berdekatan. Tapi tim pelatih (Willem van Hannegem dan John van Loen red.) tetap mempertahankan kecepatan di depan (Irfan punya nilai lebih di kecepatan red.)

RN : Kondisi fisik kamu, tampak mengalami perkembangan. Badan kelihatan kekar dan kecepatan bertambah. Apa yang kamu lakukan selama ini?

IB : Selama ini saya menyadari bahwa tubuh saya tidak terlalu tinggi (174 cm red.) tapi tetap ingin berprestasi di tingkat atas. Jadi saya menguatkan fisik dengan fitness 3 kali seminggu di FC Utrecht Gym agar otot membesar dan kuat.

RN : Bagaimana dengan makanan. Apakah juga disesuaikan?

IB : Sudah tentu, selalu memperhatikan makanan. Tapi tidak dengan skema yang ketat.

RN : Kalau kemajuan ini terus dipertahankan maka tidak heran kalau PSSI juga tertarik. Apakah sudah ada dari pihak PSSI yang menghubungi?

IB : Belum ada, sejak Asia Cup, tidak ada lagi kontak. Kita tunggu saja.

RN : Syarat lainnya untuk terseleksi di timnas Indonesia kamu harus pegang paspor Indonesia. Tahun lalu ketika mencapai usia 18 tahun, kamu masih bisa memilih paspor Belanda atau Indonesia. Apakah sekarang kamu masih pegang paspor Indonesia?

IB : Ya, itu masih tetap. Saya tidak berubah paspor, tetap Indonesia.

RN : Jadi masih tetap mau dan ingin memperkuat timnas Indonesia?

IB : Iya itu tidak pernah berubah. Tentu harus memperhitungkan juga jadwal main di FC Utrecht.

RN: Makasih perbincangannya. Saya dan semua pencinta bola di Indonesia berharap kamu lebih sering bermain di tim utama FC Utrecht. Agar suatu saat bisa memperkuat timnas Indonesia.

Demikian wawancara dengan Irfan Bachdim, pebola warga Indonesia dalam bahasa Belanda yang dialihbahasakan.

source : http://www.ranesi.nl
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...